Pembangunan Kota Pariaman Ke Depan Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat

Saturday 14 December 2019 : 20:03
Baca Lainnya

Kabar62.com - Pesta Tabuik Piaman, merupakan daya tarik pariwisata yang hebat ke Kota Pariaman. Tentu akan lebih baik lagi, jika makin banyak ikon yang bisa jadi penarik uang mengalir ke Kota Pariaman. Hendri Nova

Oleh Hendri Nova
Wartawan Harian Singgalang

Kesejahteraan dan kemajuan ekonomi masyarakat, harus dijadikan tolak ukur kemajuan suatu daerah di masa mendatang. Apa jadinya suatu daerah dinyatakan sebagai kawasan kaya, jika yang menikmatinya hanya segelintir orang saja, contohnya para pengusaha ataupun pejabat.

Kekayaan suatu daerah harusnya dapat dinikmati oleh semua warga masyarakat. Jika kekayaan daerah itu diumpamakan seperti kue, maka hendaknya semua orang bisa mencicipinya,w alau besar potongannya tidak sama, karena tergantung pada pengorbanan masing-masing untuk mendapatkan kue tersebut.

Jangan pula nanti kejadiannyja seperti tanah Papua yang kaya emas. Warganya tidak bisa dikatakan kaya, walau tanah tempat mereka berpijak kaya akan emas. Sumber daya alam mereka tidak dapat mereka nikmati secara maksimal, dan sebagiannya malah masih hidup dalam pola tradisional.

Pola pembangunan yang hanya memihak pada pemilik modal, menjadi penyebab tidak tercapainya kesejahteraan rakyat. Hal itu tentu menjadi terbalik, jika pola pembangunan berpola kerakyatan. Makin banyak masyarakat yang kaya, maka makin sejahteralah suatu daerah.

Dalam perkara ini, Nabi Muhammad SAW bisa dijadikan contoh. Dalam membangun Madinah di awal hijrahnya ke kota itu, beliau memajukan perdagangan yang langsung menyentuh semua lapisan masyarakat.

Hasilnya, Madinah pun mendapat gelar sebagai kota yang bercahaya atau Madinah Munawwarah. Masyarakatnya hidup sejahtera, dan Madinah jadi pusat perdagangan.

Tauladan yang lebih dekat juga bisa ditukikkan ke Brunai Darussalam. Kekayaan minyak negara tersebut, berhasil mensejahterakan rakyatnya sendiri. Negaranya miskin berita miring dan tidak ada catatan orang miskin di sana. Orang miskin di Brunai, minimal punya satu mobil di rumahnya.

Sayang, tak banyak pejabat Indonesia apalagi Sumatra Barat, yang belajar mensejahterakan rakyat ke Brunai Darussalam. Pejabat lebih tertarik studi banding ke Jepang, Amerika, Eropa atau negara lainnya.

Pola pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, bisa diwujudkan jika Pemimpin Daerah (Pemda) memiliki niat tulus untuk itu. Segala niat yang ikhlas dibarengi usaha sungguh-sungguh, selalu dekat dengan bantuan Allah SWT.

Hal itu juga berlaku untuk Kota Pariaman yang sedang giat-giatnya membangun. Kota Pariaman yang menurut http://www.kotapariaman.go.id terdiri dari hamparan dataran rendah, terletak di pantai barat Provinsi Sumatera Barat. Ketinggian tanah antara 2 sampai dengan 35 meter diatas permukaan laut, dengan luas daratan 73,54 km² dan luas lautan 282,69 km² dengan 6 buah pulau-pulau kecil: Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak. Panjang pantai lebih kurang 12,7 kilometer.

Dengan kondisi lautan yang tiga kali lebih luas dari daratan, Pemda Pariaman tentunya bisa mengonsep pembangunan apa yang cocok pada daerah ini. Laut merupakan potensi besar untuk mengembangkan pariwisata, perikanan maupun usaha lainnya.

Jika Kota Pariaman berniat mengelola lautnya makin maksimal, studi bandingnya tentu bisa dilakukan di Kepulauan Seribu. Daerah ini jika dilihat dari atas pesawat memiliki banyak jala apung. Dalam jala apung ini, dipelihara ikan kualitas ekspor sejenis kerapu.

Kerapu merupakan ikan mahal yang sudah bisa dibudidayakan. Dengan 6 pulau kecil di perairan Pariaman, tentu juga bisa diolah untuk tujuan ini. Mungkin untuk langkah awal, bisa diambil dulu pulau terdekat, karena lebih mudah dalam pengawasan. Jika sukses, tentu bisa dilanjutkan ke pulau-pulau lainnya.

Potensi laut lainnya yang bisa dimaksimalkan berupa rumput laut. Agar usahanya mencapai target, tentu harus dilakukan pengkajian, akan pulau mana yang cocok untuk ini. Jika berhasil, bukan mustahil Kota Pariaman akan menjelma menjadi pengekspor ikan kerapu dan juga rumput laut.

Hidupnya dua usaha ini, dengan sendirinya akan berimbas pada dunia pariwisata. Ketersediaan ikan kerapu dan rumput laut, akan membuat dunia kuliner makin menggeliat.

Begitu banyak konsumen kuliner yang senang, jika bisa membakar ikan hasil tangkapan sendiri. Mereka juga bisa menikmati menu serba ikan tersebut, dengan ditemani es rumput laut maupun es kelapa muda.

Konsep pembangunan pariwisata dengan melibatkan warga nelayan, akan membuat kue wisata dinikmati rakyat kecil. Percayai mereka untuk menjadi pemandu, saat wisatawan ingin menginap pada salah satu pulau yang ada.

Sementara untuk program di daratan yang mencapai luas 73,54 km², baiknya benar-benar dipikirkan dengan baik. Jika selama ini banyak digunakan untuk menanam padi, bagaimana bisa dimaksimalkan untuk menanam palawija berkualitas ekspor.

Kota Pariaman yang selama ini areal pertaniannya digunakan untuk bertanam padi, jagung, kebun kelapa, melinjo, pisang dan tanaman palawija lainnya, sebenarnya bisa mengambil peluang pasar cabai di Kota Padang. Tidak bisa dipungkiri berdasarkan fakta yang ada, Kota Padang masih sangat bergantung pada pasokan cabai dari Jawa dan Kerinci.

Kota Pariaman tentu mampu meraih peluang ini, jika dilakukan secara bersungguh-sungguh. Bukan tidak mungkin pasar cabai di Padang bakal direbut Kota Pariaman, setelah sukses merebut pasar kelapa muda ataupun tua.

Peluang untuk ekspansi pasar ke komoditi lain, tentunya masih terbuka lebar. Aplaagi provinsi tetangga seperti Riau, dan Jambi sangat tergantung dengan banyak komoditi asal Sumbar.

Jika ikan air tawar kedua provinsi ini dipasok dari Kab.Agam dan lainnya, maka untuk ikan laut peluangnya harus diambil Kota Pariaman. Jika budidaya kerapu berhasil, maka masyarakat di kedua provinsi ini bisa menikmati ikan dalam keadaan segar, karena dibawa dalam keadaan hidup ke daerahnya.

Tentu bisa dihitung berapa uang yang akan didapat masyarakat nelayan, dari berkembangnya jala apung. Hal ini baru tercapai, tentu dengan adanya kesungguhan melakukan pembangunan sarana perikanan di Kota Pariaman.

Oleh karena itu, untuk sementara arah pembangunan Kota Pariaman distop dulu untuk membangun berbagai gedung atau fasilitas yang kiranya tidak menghasilkan. Tentu lebih baik membangun sektor ekonomi, karena lebih menguntungkan.

Jika rakyat punya banyak modal, mereka dengan sendirinya akan ikut berkecimpung membangung sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Pemda tinggal mengatur, agar pembangunan yang dilakukan tak pula menyalahi aturan.

Apalagi dengan tipe orang Paraiaman yang hobinya memang berdagang, tak sulit untuk mengarahkan mereka membangun berbagai sarana dan prasarana di daerahnya. Bak kata pepatah, ada gula pasti ada semut.

Jika Pemda Pariaman terus menabur gula, semut dengan sendirinya akan berdatangan. Namun jangan berharap semut akan datang, jika yang ditaburkan garam.

Contoh gula itu sendiri, bisa dilihat dari kemampuan Pemda Kota Pariaman menangkat acara Tabuik menjadi agenda nasional. Wisatawan lokal maupun mancanegara dengan sendirinya berdatangan, untuk melihat acara tahunan tersebut.

Begitu juga hendaknya di bidang kelautan maupun pertanian, jika sudah ada gulanya, maka dengan sendirinya investor akan masuk. Oleh karena itu, beragam kemudahan harus ditawarkan, dengan menjadikan rakyat sebagai mitra strategis.

Masyarakat tentu akan menjaga apa yang telah dibangun, jika memang berhubungan langsung pula dengan kehidupannya. Mereka akan ikut berusaha sungguh-sungguh, karena hasil dari gula itu bisa dicicipi bersama.

Bukan mustahil pula Kota Pariaman perekonomiannya selangkah lebih maju dari Kota Padang sendiri. Bahkan bukan isapan jempol jika tujuan wisata masyarakat tak lagi tertuju pada Bukittinggi dengan Jam Gadangnya, dan Padang Panjang dengan Mifannya.

Mereka akan memperhitungkan Kota Pariaman, untuk tujuan makan puas dengan biaya terjangkau. Siapa yang tidak mau menikmati ikan bakar kerapu ditemani es kelapa muda ataupun rumput laut yang masih orisinil.

Inilah yang harus dipikirkan Pemda Kota Pariaman ke depan. Di saat daerah lain masih berseteru membangun fasilitas yang sudah ada di daerah lain, Kota Pariaman harus melirik apa yang belum dibuat oleh orang, namun laku untuk dijual.

Terwujudnya pembangunan yang memihak rakyat ini, akan membuat kesejahteraan Kota Pariaman meningkat. Warganya tentu bisa menikmati hidup enak, dengan adanya Pemda yang terus melibatkan mereka dalam pembangunan.

Sementara dari segi administratif, Pemko Pariaman harus menularkan semangat memudahkan pada semua kalangan PNS. Bertekadlah untuk menjadi ikon kemudahan dalam berurusan, bagi daerah lain di Indonesia.

Pegawai Pemko Pariaman harus bertindak sebagai pelayan yang baik, bukan sebagai raja nan angkuh. Jika ada pengusaha ataupun masyarakat yang memiliki urusan, tawarilah mereka beragam kemudahan, sehingga urusannya cepat selesai dengan biaya yang sudah semestinya.

Jadikanlah Kota Pariaman sebagai tempat untuk studi banding pelayanan satu pintu dengan cepat dan akurat, bagi daerah lain di Indonesia. Pegawai harus dididik imannya, untuk hanya memakan yang halal lagi baik bagi diri dan keluarga.

Jika mereka sudah paham dengan hal ini, maka rahmat Allah akan mencurah-curah ke Kota Pariaman. Ini sudah janji Allah, karena orang yang bersyukur akan terus ditambah nikmatnya.
Share :

Saat ini 0 komentar :