Atasi Depresi Parah dengan Terapi Kejut Listrik

Saturday 14 December 2019 : 21:09
Baca Lainnya

Kabar62.com - Depresi memang penyakit yang sangat ditakuti banyak manusia. Mereka yang depresi, bisa-bisa menutup diri dari lingkungan dan yang lebih parah memilih mengakhiri hidup.

Mereka yang tidak sanggup menanggung depresi, terkadang bisa terkena penyakit gila. Bila dibiarkan, ia benar-benar akan berubah menjadi orang gila.

Di seluruh dunia, orang-orang dewasa menurut herbalunggul.com banyak yang mengalami depresi berat. Penyebabnya beragam, mulai dari pekerjaan, rumah tangga, dan lainnya.

Mereka yang memilih sembuh melalui jalur medis, tak jarang menggunakan terapi kejut listrik untuk membantu mengatasi depresi parah. Kejut listrik akan mempengaruhi otak orang yang menderita depresi. Terapi tersebut muncul untuk mengurangi koneksi di bagian otak yang terlibat dalam pemikiran dan bersosialisasi.

Para peneliti menggunakan scan MRI fungsional untuk melihat aktivitas otak pada 9 orang dewasa dengan depresi berat, sebelum dan setelah terapi kejut listrik. Para peneliti menemukan bahwa, kejut listrik, atau terapi electroconvulsive (ECT), mengimbangi hubungan antara berbagai wilayah otak pada orang depresi.

Hasil penelitian dapat mengkonfirmasi, bahwa ada hyperconnectivity dalam depresi. Selain itu juga menunjukkan bahwa, pengobatan untuk menghilangkan hyperconnectivity.

Menurut Kristen Schwarzbauer, profesor neuroimaging di University of Aberdeen, Skotlandia seperti dilansir dari MSNHealth, Manusia dengan kondisi depresi berat, memiliki aktivitas otak terlalu banyak dan tidak dapat berurusan dengan stimulasi eksternal.

Studi itu menunjukkan cara untuk meningkatkan efektivitas dan keamanan terapi kejut listrik. Dalam 76 tahun sejarah terapi kejut listrik, terapi tersebut menimbulkan banyak kekhawatiran efek samping, seperti kehilangan memori.

Terapi kejut listrik biasanya hanya digunakan untuk pasien yang tidak menanggapi antidepresan atau jenis pengobatan dan berisiko melukai diri sendiri atau orang lain. Para peserta penelitian tidak merespons obat antidepresan sebelum studi atau menerima terapi kejut listrik dalam 6 bulan terakhir, meskipun 4 dari pasien telah memakai obat antipsikotik.

Para peneliti memusatkan perhatian pada area di bagian depan otak yang disebut korteks prefrontal dorsolateral. Bagian tersebut memiliki koneksi yang lebih sedikit dan kurang intens, dengan sejumlah daerah lain dari terapi kejut listrik otak yang ditunjukkan oleh hasil scan.

Bagian tertentu dari otak terlibat dalam kognisi (proses berpikir) dan perilaku sosial dan telah terlibat dalam depresi. Tidak ada daerah otak lainnya yang telah dikaitkan dengan depresi ditemukan memiliki jalan pintas jalur komunikasi berikut terapi kejut listrik.

Menurut Tony Tang, seorang profesor psikologi di Northwestern University, ECT bukan prosedur invasif dan akan terlihat banyak perubahan pada pasien. Sehingga mungkin akan berspekulasi bahwa akan ada semacam perubahan konektivitas otak yang luas.

Melihat koneksi otak pada orang dengan depresi berat dapat membantu dokter memprediksi siapa yang akan mendapatkan keuntungan dari terapi kejut listrik serta yang kambuh setelah pengobatan. Antara sekitar 60 persen dan 80 persen orang menjadi depresi lagi setelah menjalani terapi tersebut, biasanya dalam waktu 6 bulan terapi.

Selain depresi, menurut Prof. Schwarzbauer, MRI fungsional dari seluruh otak juga dapat memberikan gambaran ke dalam kondisi lain. Ia dapat dikaitkan dengan perubahan dalam jaringan otak, termasuk autisme, skizofrenia dan demensia.

Sementara dalam agama Islam, depresi bisa diobati dengan pendekatan ilahiyah. Banyak-banyak membaca Alquran dengan terjemahannya, akan mengurai depresi menjadi lebih ringan. Jika dipadukan dengan zikir, maka hati akan menjadi tenang dan depresi sendirinya hilang
Share :

Saat ini 0 komentar :