Inflasi Sumbar Terkendali Pada Akhir 2019

Friday 3 January 2020 : 17:58
Baca Lainnya
Kabar62.com - Sumatera Barat (Sumbar) mencatat inflasi tipis pada penghujung 2019. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum tercatat mengalami inflasi sebesar 0,06% (mtm), meningkat dibandingkan November 2019 yang mengalami deflasi sebesar -0,31% (mtm).

Laju inflasi berada di bawah realisasi inflasi kawasan Sumatera, sebesar 0,30% (mtm) dan inflasi nasional sebesar 0,34% (mtm). Besaran inflasi Desember 2019 menjadikan Sumbar sebagai provinsi dengan inflasi terendah dari 8 (delapan) provinsi di kawasan Sumatera yang mengalami inflasi.

"Sumbar menjadi provinsi terendah ke-2 secara nasional (dari 30 provinsi yang mengalami inflasi) setelah Sulawesi Selatan (0,04%; mtm)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, Wahyu Purnama A, seperti dalam rilis yang diterima Jumat (3/1).

Ia mengatakan, secara tahunan pergerakan harga pada Desember 2019 menunjukkan inflasi sebesar 1,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan 2018 yang sebesar 2,60% (yoy). Angka inflasi tahunan Sumbar ini terendah ke-2 di Kawasan Sumatera setelah Jambi (1,4%; yoy).

Tekanan inflasi pada Desember 2019 terutama berasal dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau. Ditinjau dari komoditasnya inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan terutama berasal dari meningkatnya harga tarif angkutan udara, yang sejalan dengan peningkatan permintaan pada musim Hari Keagamaan Besar Nasional (HKBN) dan libur panjang akhir tahun.

Laju IHK kelompok transportasi tercatat mengalami inflasi sebesar 0,65 % (mtm), meningkat moderat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,05% (mtm). Sementara kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau pada Desember 2019 mencatat inflasi 0,21% (mtm), meningkat tipis dibandingkan November 2019 yang sebesar 0,12% (mtm).

Inflasi pada kelompok tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan pangan yakni telur ayam ras, beras, jengkol dan bawang merah. Harga telur ayam ras meningkat karena peningkatan permintaan, sementara itu harga beras, jengkol dan bawang merah mengalami peningkatan akibat faktor cuaca yang kurang kondusif sehingga menghambat proses produksi dan penjemuran/pengeringan.

Di sisi lain, tekanan inflasi Desember 2019 tertahan lebih lanjut seiring dengan penurunan harga komoditas dari beberapa bahan pangan strategis seperti cabai merah, bayam, emas, cabai hijau dan kacang panjang. Harga cabai merah dan cabai hijau masih terjaga karena masih cukupnya pasokan dari dalam dan luar Sumbar.
 "Sementara harga emas sedikit terkoreksi karena peningkatan penjualan kembali emas oleh masyarakat, untuk kebutuhan libur sekolah dan libur akhir tahun," tambahnya.

Menghadapi berbagai risiko yang ada, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Sumbar secara aktif melakukan berbagai upaya dalam pengendalian inflasi di daerah. Upaya tersebut antara lain diwujudkan melalui peningkatan sinergi dalam menjaga kecukupan dan kelancaran pasokan bahan pangan strategis.

Dari sisi kebijakan, TPID Sumatera Barat melakukan koordinasi melalui High Level Meeting (HLM) TPID pada 18 Desember 2019. Agenda utama pembahasan Evaluasi Realisasi Inflasi Selama Tahun 2019, Mitigasi Risiko Inflasi Awal Tahun 2020 serta Rencana Program Kerja Tahun 2020.

Beberapa poin dari HLM TPID antaranya, meningkatkan sinergi dan koordinasi antar daerah (provinsi, kabupaten/Kota) dan OPD terkait, dalam hal pengendalian inflasi daerah terlebih dengan adanya puncak musim hujan yang patut diwaspadai selama Triwulan I 2020.

Memperkuat sinergi dan komunikasi terhadap informasi, ketersediaan dan kelancaran bahan pangan strategis, khususnya dalam menghadapi resiko gagal panen akibat musim penghujan.
Mereplikasi TTIC di Seluruh Kab/Kota, dengan prioritas Padang dan Bukittinggi termasuk Gedung Pengendalian Inflasi dan mobil operasional keliling dalam rangka memperpendek jalur distribusi dan menjaga kecukupan pasokan. (*)

Share :