Abrasi Pantai Api-Api Meningkat, Beberapa Rumah Terancam

Sunday 24 May 2020 : 16:42
Baca Lainnya
Kabar62.com - Abrasi Pantai Api-Api, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) terus berlanjut, meski proses pembangunan batu pemecah masih belum selesai dikerjakan. Abrasi berlanjut saat air pasang yang bisa datang setiap bulan.

Warga menyayangkan kelanjutan pembangunan proyek abrasi bernilai miliaran rupiah itu, tidak seperti yang sudah ada. Jika sebelumnya dibangun horizontal dengan garis pantai, kini dibangun dengan cara vertikal.

Padahal sistem batu vertikal ini sudah terbukti gagal menahan abrasi di Pantai Kota Padang, namun kini ditetapkan pula di kelanjutan pembangunan batu grib di Pantai Api-Api.

Alhasil, warga yang rumahnya dekat dengan bibir pantai kembali was-was di setiap air pasang. Bibir pantai yang hanya bersisa lebih kurang 2 meter tersebut, hanya menunggu waktu lenyap masuk ke dalam laut.

"Katanya gaya vertikal ini untuk mengakomodir keinginan para nelayan. Mereka berharap tetap ada bibir pantai untuk menambatkan perahunya," kata Feri, salah seorang warga, Ahad (24/05/2020).

Ia mengatakan, seharusnya jika ingin mengakomodir aspirasi nelayan, modelnya harus bentuk T. Kalau tidak dibuat seperti dermaga saja, sehingga bibir pantai aman dari abrasi.

"Bisa juga dibuat melingkar. Pokoknya dimana ombak tak makan bibir pantai setiap musim pasang, itu sudah cukup bagi kami," tambahnya.

Kini warga berharap proyek yang masih dalam pengerjaan itu, untuk mempertimbangkan lagi usulan warga. Daripada jadinya tak mencapai target, tentu lebih baik diperbaiki.

Apalagi saat ini, ombak pasang seperti mau memasukkan batu vertikal itu ke dalam laut. Hal itu tampak dari ombak yang sudah memecah di ujung batu grip di ujung bibir pantai.

Abrasi Bagian Selatan

Sementara pada bagian selatan pantai, beberapa rumah penduduk terancam masuk ke dalam laut. Tingginya air pasang, membuat abrasi sampai di pinggir rumah warga.

"Dulu di lokasi rumah warga sekarang, sudah pernah kejadian rumahnya ditelan laut. Namun kemudian pasang surut, lalu kembali memuncak saat ini," kata Nedi, warga lainnya.

Abrasi pada bagian selatan memang sangat memprihatinkan. Kini bisa dikatakan tak ada lagi bibir pantai yang tersisa. Abrasi telah menelan hutan bakau, sehingga ombak sekarang berada di bekas hutan bakau.

Warga berharap ada perhatian serius dan kajian komprehensif dari Pemerintah. Tolong dibangunkan penahan ombak yang juga mengakomodir suara nelayan. 

Batu grip yang melingkari bibir pantai dengan satu atau dua pintu masuk untuk perahu nelayan, mungkin satu solusi yang paling diharapkan warga saat ini. (*)


Share :

Saat ini 0 komentar :