Inflasi Ramadhan dan Idul Fitri Meningkat

Wednesday 3 June 2020 : 17:21
Baca Lainnya
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, Wahyu Purnama A (dok.Kabar62.com)
Kabar62.com - Sumatera Barat (Sumbar) tercatat mengalami inflasi pada periode Ramadhan 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum gabungan dua kota di wilayah Sumbar, Padang dan Bukittinggi pada Mei 2020 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,63% (mtm), atau meningkat dibandingkan realisasi April 2020 yang mengalami deflasi sebesar -0,41% (mtm).

Laju inflasi tercatat berada di atas realisasi inflasi nasional sebesar 0,07% (mtm) dan realisasi inflasi kawasan Sumatera sebesar 0,29% (mtm). Secara spasial, pada Mei 2020 Kota Padang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,66% (mtm), meningkat dibandingkan realisasi April 2020 sebesar -0,47% (mtm).

"Ini menjadikan Padang sebagai kota dengan nilai inflasi tertinggi ke-4 dari 22 kota/kabupaten IHK di kawasan Sumatera yang mengalami inflasi serta berada pada peringkat ke-7 inflasi tertinggi dari 67 kota/kabupaten IHK di Indonesia yang mengalami inflasi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, Wahyu Purnama A, Rabu (03/06/2020).

Ia mengatakan,  Pada Mei 2020, Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 0,39% (mtm), lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi pada April 2020 yang tercatat inflasi sebesar 0,06% (mtm). Ini menjadikan Bukittingi sebagai kota dengan nilai inflasi tertinggi ke-13 dari 22 kota/ kabupaten di Kawasan Sumatera yang mengalami inflasi.

"Selanjutnya secara nasional, Kota Bukittinggi berada pada peringkat ke-22, dari 67 kota/ kabupaten IHK yang mengalami inflasi," tambahnya.

Secara tahunan pergerakan harga pada Mei 2020 menunjukkan inflasi sebesar 1,28% (yoy), atau menurun dibandingkan realisasi inflasi April 2020 yang sebesar 1,45% (yoy). Nilai inflasi tahunan tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi nasional sebesar 2,19% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan realisasi Kawasan Sumatera sebesar 1,22% (yoy).

Secara tahun berjalan 2020 (s.d Mei 2020) tercatat mengalami inflasi sebesar 0,60% (ytd), atau meningkat dibandingkan April 2020 yang mengalami deflasi sebesar -0,03% (ytd). Inflasi Sumbar terutama berasal dari inflasi kelompok transportasi.

Kelompok transportasi mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,48% (mtm), didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara dan angkutan antar kota dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,42% (mtm) dan 0,06% (mtm). Peningkatan tarif angkutan udara dan angkutan antar kota sesuai dengan pola historis yang cenderung mengalami kenaikan pada musim mudik lebaran.

Pada musim lebaran 3 (tiga) tahun terakhir kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat menyumbang inflasi dengan andil sebesar 0,79% (mtm) pada Juni 2017, 0,89% (mtm) pada Juni 2018, dan 0,50% (mtm) pada Mei 2019.

Peningkatan tarif angkutan udara pada Mei 2020, juga didorong oleh kenaikan tarif batas atas angkutan udara hingga dua kali lipat di beberapa wilayah, menyusul dampak Pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan kapasitas penumpang angkutan udara hingga 50%.

Kelompok lain yang turut menyumbang inflasi adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau, mengalami inflasi dengan andil 0,14% (mtm)didorong oleh peningkatan harga berbagai komoditas bahan makanan antara lain bawang merah dan daging ayam ras dengan andil inflasimasing-masing sebesar 0,25% (mtm); 0,06% (mtm).

Peningkatan harga bawang merah disebabkan oleh menipisnya pasokan di pasar, akibat curah hujan yang berdampak terhadap produktivitas hasil panen. Daging ayam ras mengalami peningkatan harga disebabkan oleh kenaikan permintaan pada musim lebaran dan idul fitri.
Sementara beberapa komoditas penyumbang deflasi di kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain cabai merah, bawang putih, ikan tongkol/ ambu-ambu, cabai hijau dan telur ayam ras dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,21% (mtm), -0,04% (mtm), -0,03% (mtm), -0,03% (mtm) dan 0,03% (mtm).

Penurunan harga cabai merah disebabkan oleh melimpahnya pasokan di pasar, sehubungan dengan panen raya yang masih berlangsung di wilayah Sumbar. Bawang putih mengalami penurunan harga didorong oleh kecukupan pasokan di pasar setelah adanya relaksasi impor bawang putih oleh pemerintah.

Sementara itu penurunan harga ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, cabai hijau dan telur ayam ras didorong oleh pasokan yang berlimpah di masyarakat.

Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah terutama di bulan Ramadhan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar telah melaksanakan berbagai upaya pengendalian inflasi. Upaya pengendalian inflasi yang telah dilakukan antaranya meningkatkan koordinasi anggota TPID dalam menjaga persediaan, pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan di wilayah Sumatera Barat.

Penjualan paket sembako Ramadhan secara online melalui marketplace lokal Bajojo.id maupun melalui Toko Tani Indonesia Center (TTIC). Penyaluran gula secara langsung ke pedagang yang ditunjuk oleh Bulog dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai distributor gula murah di pasar.

Pemantauan harga gabah di tingkat petani, untuk menjaga kewajaran harga. Penyampaian himbauan kepada masyarakat untuk melakukan belanja bijak/ no panic buying melalui media Padang Televisi, radio, media digital maupun media cetak lokal di Sumbar. (*)
Share :

Saat ini 0 komentar :