Bijak Jadi Nasabah, Kejahatan Siber Punah

Wednesday 14 September 2022 : 22:34
Baca Lainnya

      ILUSTRASI. BRI Himbau Nasabah Waspadai Link Palsu Kenaikan Tarif Transaksi (https://keuangan.kontan.co.id/)

"Paman, barusan saya dapat surat pemberitahuan dari BRI tempat saya menabung melalui WhatsApp. Suratnya sama persis dengan surat yang Paman bagi di WAG Keluarga."

Satu chat WA dari keponakan saya di Palembang membuat saya tambah percaya, jika kejahatan siber itu memang bukan ancaman kaleng-kaleng. Untung saya cepat membagikan sebuah surat berlogo BRI palsu pada WAG keluarga pada 22 Juni 2022.

Pada 23 Juni 2022 keponakan saya yang memiliki tabungan lumayan besar di BRI, kebagian surat serupa dengan permintaan serupa. Untung ia segera menghubungi saya, sebelum ia menanggapi surat yang ia terima.

Isi surat itu menyatakan, bahwa akan ada biaya potongan setiap bulan sekitar Rp105 ribu untuk biaya transfer. Bagi yang tidak setuju dengan sistem yang baru tersebut, maka akan dikirim link/ website-nya di chat WA.

Ketika penipu tersebut menyapa di chat WA, maka harus menyapa balik, walaupun dengan 1 (satu) huruf saja. Dengan begitu penipu akan mengirimkan link website-nya.

Kepada keponakan tersebut, saya minta segera memblokir pemilik nomor penipu tersebut. Walau nanti ia bombardir dengan nomor baru, tetap lakukan hal serupa.

Alhamdulillah, keponakan saya terselamatkan dari penipuan. Jika saya telat memberitahu, mungkin keponakan saya akan kehilangan banyak uangnya di tabungan, sebagaimana banyak nasabah BRI lainnya.

Bicara korban, korbannya sudah banyak dan bisa ditelusuri di internet. Tinggal ketikan keyword 'nasabah BRI kehilangan uang di rekening' di mesin pencari Google, maka ratusan berita langsung ditampilkan.

Seperti dilaporkan Bisnis.com, nasabah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) asal Yogyakarta Marsen Sinaga memberikan laporan terkait menghilangnya saldo tabungan senilai Rp38,4 juta.

Juga laporan dari kompas.com, dimana seorang nasabah BRI Sisingamangaraja Medan, Vira Vazhira, telah kehilangan saldo tabungan sebesar Rp1,6 miliar yang disimpannya di bank milik pemerintah, BRI Sisingamangaraja, Medan. Dalam tiga bulan, saldo yang tadinya lebih dari Rp1,6 miliar hanya tinggal Rp24 juta saja.

Laporan dari harianhaluan.com, juga melaporkan dua nasabah BRI di Tabing, Koto Tangah, Kota Padang yang mengaku kehilangan uang sebesar Rp1,114 miliar dari rekeningnya. Semua juga karena mengklik pesan di chat WhatsApp yang mereka terima.

Laporan dari kompas.tv juga menyebutkan tiga puluhan nasabah mendatangi kantor cabang PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI di Cianjur, Jawa Barat, karena kehilangan uang dari saldo rekening secara tiba-tiba.

Para nasabah itu tidak merasa melakukan transaksi, namun mendapat pemberitahuan adanya penarikan dana antara Rp5  juta hingga Rp51 juta dari rekening mereka.

Laporan storiloka.com, juga memberitakan salah satu nasabah Bank BRI Unit Mbay, Frederikus Rae (61) warga RT.002, Kelurahan Lape, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT yang akhirnya resmi melapor ke Polres Nagekeo, Flores, Provinsi NTT, lantaran uang di rekening tabungannya senilai Rp270 Juta hilang begitu saja.

Laporan dari rri.co.id, juga menyebutkan seorang nasabah BRI Kantor Cabang Pembantu Juwana, Siti Mardiah kehilangan uang Rp206 juta, setelah seseorang membobol rekeningnya.

Tentu masih banyak lagi berita serupa, dimana kalau ditulis semua, tentu akan menjadi tulisan yang sangat panjang. Beberapa laporan berita dari media online di atas, mudah-mudahan sudah mewakili yang lain. Tentu tak hanya nasabah BRI, nasabah bank lainnya juga banyak yang jadi korban.

Hal itu menjadi bukti, kejahatan siber akan tetap menjadi ancaman bagi masyarakat yang memiliki rekening di bank, terutama yang jumlahnya puluhan juta. Mereka harus selalu hati-hati, karena mulusnya aksi kejahatan pencurian uang di rekening ada di ujung jari mereka.

Bijak jadi nasabah

Pencurian uang secara siber memang sangat mengerikan, karena begitu mudahnya hal itu terjadi. Padahal saat transaksi secara online belum ada, uang nasabah termasuk sangat aman disimpan di bank.

Semua itu didukung dengan prosedur lumayan teliti, jika nasabah mengambil uangnya dalam jumlah banyak. Tidak hanya pencocokkan tanda tangan, tapi juga harus memberikan KTP, dan tak jarang teller di bank menatap penuh curiga, jika terindikasi orang yang mengambil uang terlihat gelisah atau tidak tenang.

Bahkan untuk kasus penarikan yang memakai surat kuasa, tak jarang pihak bank secara diam-diam menelpon nasabah pemilik rekening, untuk memastikan memang dia yang memerintahkan pengambilan uang. Tentu saja KTP yang mendapat kuasa, harus disingkronkan lagi dengan wajahnya.

Namun sejak transaksi secara online yang digadang-gadang menjadi sangat memanjakan nasabah diperkenalkan dan mendapatkan kelegalan dari pihak berwenang, di sisi lain menjadi petaka yang besar bagi nasabah.

Uang mereka yang sampai miliaran rupiah, dengan mudahnya berpindah tangan tanpa harus melalui prosedur panjang seperti saat mengambilnya secara langsung. Mereka malah lebih dekat dari kebangkrutan karena kelalaian mereka yang psikologisnya berhasil dimainkan si penipu siber.

Oleh karena itu, nasabah harus menjadi nasabah bijak, agar bisa melindungi diri sendiri maupun orang dekat dari kejahatan siber. Mereka harus menyadari bahwa pesatnya perkembangan teknologi saat ini ibarat pisau bermata dua.

Di satu sisi memberikan kemudahan bagi mereka, tapi di sisi lain juga membuat oknum-oknum tidak bertanggung jawab makin merajalela. Salah satu tindak kejahatan yang perlu diwaspadai adalah rekayasa sosial atau Social Engineering (Soceng), di mana pelaku memanipulasi psikologis korban untuk membocorkan data pribadi dan data perbankan korban.

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto, dalam keterangan resminya yang diterima Kontan.co.id, Minggu (11/9/2022) BRI menghimbau nasabah untuk terus waspada dan tidak melakukan memberikan data pribadi dan informasi lainnya melalui link dari sumber tidak resmi.

Langkah itu dapat mencegah terjadinya pencurian data pribadi dan penyalahgunaan data perbankan nasabah.

“BRI mengimbau seluruh nasabah untuk selalu waspada terhadap berbagai modus tindak kejahatan social engineering. Nasabah juga diimbau untuk menjaga kerahasiaan data pribadi dan data transaksi perbankan kepada pihak mana pun, termasuk yang mengatasnamakan BRI,” kata Aestika.

BRI sendiri giat mengkampanyekan gerakan #NasabahBijak yakni sebuah wadah komunitas yang bertujuan untuk memberikan literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia mengenai bagaimana mengelola uang, melunasi hutang, suku bunga, asuransi, tabungan pensiun, pajak, serta produk keuangan seperti kredit dan pinjaman serta memberikan edukasi tentang bermacam kejahatan siber di sektor perbankan dan bagaimaca cara untuk mencegahnya.

Gerakan yang dinamai #NasabahBijak ini bahkan mengajak blogger untuk menjadi Penyuluh Digital dan memberikan edukasi kepada para pembaca mengenai literasi keuangan melalui Blog Competition.

Update Keamanan Nasabah

BRI sendiri harus melakukan update keamanan nasabahnya dari kejahatan siber, secara berkelanjutan seiring kemajuan zaman. Jangan terjadi lagi nasabah kehilangan uang di rekening, dengan memberikan nasabah keamanan berlapis seperti saat mereka menarik uang secara langsung.

Namun hal ini harus disepakati dulu dengan nasabah, akan metode rahasia apa yang harus ia lakukan, saat mereka melakukan transfer dalam jumlah besar. Kode rahasia ini hanya diketahui BRI dan nasabah.

Kode rahasia tersebut bisa berupa angka yang harus disertakan di belakang nominal transfer dalam jumlah besar. Misalkan kalau ia ingin transfer dalam jumlah Rp10 juta, maka ia harus mentransfer uang sebesar Rp10.000.951.

Tiga angka terakhir adalah angka rahasia yang bisa diperbaharui nasabah secara manual melalui aplikasi ataupun mesin ATM. Tanpa kode rahasia ini, sistem dengan sendirinya akan menolak melakukan transfer.

Cara lainnya bisa juga dengan cara foto online dengan KTP. Jika nasabah melakukan sesi foto ini dan diidentikkan dengan aplikasi pembaca wajah, lalu cocok, barulah uang bisa ditransfer.

Alternatif lainnya dengan cara menyediakan rekening transit, yang berfungsi sebagai penampung sebelum uang benar-benar dikirimkan pada penerima. Saat uang berada di rekening transit, notifikasi SMS Banking BRI dikirimkan pada nasabah.

Bunyinya "Anda akan melakukan transfer uang misal sebanyak Rp10.000.000 ke Budi, nomor rekening 123456789. Jika ini anda yang melakukannya balas Ya, kalau bukan anda, ketik tidak." Jika dijawab Ya, uang langsung dikirimkan, kalau tidak, uang langsung dikembalikan dan minta nasabah segera menukar kata sandinya.

Cara lainnya tentu juga bisa dilakukan, tergantung dari opsi-opsi yang ditawarkan BRI pada nasabahnya. Jika hal ini sudah dilakukan, maka mudah-mudahan saja kejahatan siber musnah dari muka bumi.

Selain itu, BRI juga harus mewaspadai karyawannya, jika terdapat indikasi pelaku  kejahatan bekerjasama dengan karyawan. Soalnya yang jadi korban kejahatan siber rata-rata nasabah BRI yang memiliki nominal tabungan yang cukup besar.

BRI tentu bisa menelusurinya melalui histori akses rekening yang dilakukan karyawan. Histori akses ini, harus dibuat kuat tak bisa dihapus, jika bukan oleh pejabat yang berwenang. Dimana sebelum dihapus, harus dibuatkan data cadangannya.

Yakinlah Koloborasi bijak jadi nasabah, akan membuat kejahatan siber punah. Nasabahpun akan kembali nyenyak tidurnya, tanpa ada rasa was-was uangnya hilang misterius dari rekeningnya.  (hendri nova)


Share :

Saat ini 0 komentar :