Kabar Buruk, Prevalensi Stunting Sumbar 2022 Naik 1,9 Persen

Wednesday 15 March 2023 : 16:10
Baca Lainnya
PENGHARGAAN - Ketua Tim Kerja Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Sumbar, Rismiati, memberikan piagam penghargaan dalam acara advokasi dan KIE tentang pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) di Hotel Truntum Padang, Rabu (15/3). (Hendri Nova)

Kabar62.com - Kabar buruk datang dari hasil SSGI 2022, dimana prevalensi stunting di Sumatera Barat (Sumbar) sebesar 25,2%, mengalami kenaikan 1,9%. Sebelumnya di 2021 prevalensi stunting berada di angka 23,3%. Angka ini semakin jauh dari target 14% pada 2024.

"Dengan kegiatan praktik baik dari desa/kelurahan/nagari pada saat ini, kami mengajak Bapak/Ibu dapat mengambil langkah-langkah strategis, dapat mengimplementasikannya di wilayah Bapak/Ibu agar target percepatan penurunan stunting dapat kita capai bersama-sama," kata Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar, Fatmawati, dalam sambutan yang dibacakan Rismiati, Ketua Tim Kerja Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) dalam acara advokasi dan KIE tentang pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dalam rangka praktik baik desa bebas stunting D'Best di 1000 HPK di Hotel Truntum Padang, Rabu (15/3).

Ia mengatakan, untuk menyiapkan anak Indonesia yang sehat dan cerdas, langkah awal yang paling penting adalah pastikan pemenuhan gizi ibu dan bayi selama masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Jika masa 1000 HPK ini disia-siakan akan banyak kerugian yang dialami bersama. 

"Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1000 HPK mempunyai resiko gangguan pertumbuhan badan sehingga berisiko pendek/stunting," tambahnya.

Selain itu, juga beresiko terjadinya penyakit menular/kronis, anak cenderung sering sakit hingga dewasa nantinya. Mengalami hambatan pertumbuhan kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif, anak cenderung malas dan tidak bisa menerima ilmu pengetahuan dengan baik.

Untuk itu negara tentunya harus meyiapkan biaya kesehatan dan pendidikan yang besar, untuk pemulihan atau perbaikan masa 1000 HPK yang tidak maksimal tersebut serta memberikan dampak yang merugikan di masa depan.
Sementara Penata KKB Ahli Muda, Dedy Agustanto, mengatakan BKKBN Sumbar menghadirkan desa/kelurahan/nagari terpilih dalam Praktik Baik Desa Bebas Stunting (De’Best) 1000 HPK, antaranya Nagari Sirukam Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok, Nagari Lubuk Alung Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, dan Nagari Sungai Naniang Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota.

"Untuk kategori kota hadir dari Desa Kubang Tangah Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Kelurahan Guguk Malintang Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang, dan Kelurahan Koto Selatan Kecamatan Mandiangin Koto Salayan, Kota Bukittinggi," katanya.

Sedangkan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) 2021-2024, tentunya menyasar perbaikan gizi pada 1000 HPK menjadi salah satu upaya dalam percepatan penurunan stunting.
Kemudian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada keluarga tentunya memberikan kontibusi yang cukup besar, dalam upaya percepatan penurunan stunting agar tumbuh kembang anak tidak terganggu dan tidak banyak penyakit yang akan datang. (*)
Share :

Saat ini 0 komentar :